Meraba Nasib dari Feng Shui
Minggu, 04/04/2010 09:00 WIB -Artikel ini diambil dari harian JOGLOSEMAR
Ramalan tentang masa depan hampir ada di setiap etnis suku bangsa, termasuk di kalangan etnis Tionghoa. Mereka mengenalnya dengan istilah Feng Shui. Hampir di setiap awal tahun, gambaran akan nasib baik dan buruk selalu ramai diperbincangkan. Bagaimana pendapat warga etnis Tionghoa di Solo tentang Feng Shui, berikut laporan reporter Joglosemar, Rani Setianingrum.
Feng Shui merupakan ilmu topografi kuno Tiongkok yang mempercayai bagaimana manusia menghadapi gambaran astronomi dan geografi(alam). Hampir di setiap awal tahun, Feng Shui atau ada juga yang menamakan Hong Shui ramai diperbincangkan.
Menurut para pakar Feng Shui, membahas asal usul Hong Shui, tak bisa tidak, harus mengenal I Ching (Ya Keng) terlebih dahulu. Karena, Hong Shui merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari I Ching / Ya Keng, yaitu sebuah Kitab Kuno China yang sangat yang berisi tentang pelajaran hakikat perubahan dan dewasa ini telah banyak dialihbahasakan ke berbagai bahasa.
Kombinasi Pergerakan Pa Kua / Pat Kwa (Delapan Trigram), Perpaduan Yin dan Yang serta transformasi Wu Xing / Ngo Heng (lima elemen) merupakan komponen inti yang dipakai dan dikembangkan sedemikian rupa untuk bisa mendalami filsafat I Ching / Ya Keng. Semua komponen itulah yang juga menjadi bagian mendasar dari perhitungan Feng Shui / Hong Shui.
Kitab Perubahan (I Ching/Ya Keng) merupakan salah satu kitab kuno China yang mengungkapkan tentang prinsip kebenaran tentang perubahan yang mencakup aspek perubahan alam dengan segala isinya, termasuk manusia.
Menurut pakar Feng Shui di Solo, Djoeneidy Kartolo, pada zaman Dinasti Tang, praktik Hong Shui mulai diperkenalkan di China oleh Yang Yun Sang (sekitar 840-888 M). Yang Yun Sang yang juga penasihat utama Kaisar Hi Tsang (888 M) diakui sebagai penemu ilmu Hong Shui. Kemudian dia meninggalkan warisan klasiknya berupa tiga buah buku tentang Hong Shui.
Selama beberapa generasi buku tersebut dikembangkan menjadi dasar-dasar ilmu Hong Shui. ”Berbagai aliran Hong Shui yang terbentuk mengacu pada penentuan letak naga hijau dan macan putih sebagai faktor penentu kedudukan nafas kosmis (Qi/Chi) atau dikenal juga dengan istilah energi vital atau energi pembawa keberuntungan,” kata dia.
Ketiga buku klasik yang terkenal ini, menggambarkan praktik Hong Shui dengan metode perhitungan melaui metafora keberadaan sosok naga. Konon, sosok naga hijau ini dipercaya kalangan warga Tionghoa klasik sebagai lambang keberuntungan. ”Jenisnya terdiri dari ), terdiri dari Han Lung Ching ( seni membangkitkan naga), Ching Nang Ao Chih ( metode menentukan letak goa naga ), dan I Lung Ching (prinsip mendekati naga ),” terangnya.
Praktik Supranatural
Lebih lanjut, kata pria yang akrab disapa Romo Djoeneidy ini, sejarah Feng Shui juga muncul dari Wang Zhi, seorang ahli perbintangan yang hidup di zaman Dinasti Sung. Wang Shi inilah yang memperkenalkan Feng Shui / Hong Shui aliran kompas yang menekankan pada pengaruh planet terhadap kualitas baik buruknya suatu tempat atau lahan, lokasi bangunan.
Seperti pendahulunya, Wang Zhi juga meninggalkan warisan klasik berupa dua buah buku Hong Shui yang kemudian diterbitkan oleh muridnya, Ye Shui Liang, berjudul Prinsip Inti atau Pusat (Canon of the Core or Centre) dan Diskusi tentang Pertanyaan dan Jawaban (Disquisitions on the Queries and Answers).
Di akhir abad XIX, memasuki awal abad XX, kedua aliran yang tadinya berjalan sendiri-sendiri ini, berhasil digabungkan menjadi satu prinsip perhitungan Hong Shui yang saling mengisi dan berkaitan. Gabungan dari aliran bentuk dan aliran kompas inilah yang akhirnya terus dianalisisi, dipelajari dan diperbandingkan dari generasi ke generasi.
Pada perkembangannya kini, banyak juga para praktisi Hong Shui yang tergolong masuk aliran baru. Jenis aliran Hong Shui yang pada praktiknya hampir tidak mengacu pada kedua aliran induk di atas, yaitu aliran supranatural yang merupakan suatu aliran yang semata-mata hanya mengandalkan pada pentunjuk mata batin.
”Praktisi Hong Shui yang tergolong dalam aliran ini biasanya dikenal sebagai paranormal. Yang unik, dari pengikut aliran ini adalah disamping mereka memiliki daya limuwih, praktisi Feng Shui/ Hong Shui tersebut ada juga yang sedikit mempelajari teori aliran bentuk dan aliran kompas dan kemudian menselaraskan intuisi ke paranormalannya itu dengan akidah dari kedua aliran Hong Shui ini,”papar Romo Djoeneidy. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar