Sebenarnya,
potensi diri dalam arti seluas-luasnya, yakni menyangkut peruntungan,
jodoh, kesehatan, karir, dsb, sudah terpateri dalam diri kita sejak
kita lahir ke dunia. Ada
berbagai cara untuk melihat potensi diri seseorang yang sudah
berkembang sejak lama dan secara empiris telah terbukti keakuratannya.
Pertama
Berdasarkan
data kelahiran, berupa tanggal, bulan, dan tahun kelahiran seseorang.
Analisis akan bertambah lengkap jika diketahui juga jam kelahiran dan
di mana dia dilahirkan. Metode untuk menganalisis hal ini adalah Bazi, Astrologi, dan Numerologi.
Bazi
adalah pengetahuan dari Tiongkok, Astrologi berasal dari Barat, dan
Numerologi, mungkin berasal dari Babylonia (sekarang Irak) dan Mesir,
yang dikembangkan pula di Tiongkok dan Yunani.
Kedua
Bila seseorang tidak mengetahui data kelahirannya, bukan berarti potensi dirinya tidak
bisa dilihat. Salah satu caranya adalah mengamati tangannya, yang
mencakup garis, bentuk, jari, sidik jari, dan kuku. Metode ini populer
disebut Palmistri.
Palmistri
dipercaya karena selalu dihubungkan dengan otak. Umpamanya saja garis
tangan. Bentuk garis tangan, ukuran garis tangan, dan kejelasan garis
tangan muncul karena “perintah” otak. Otak
sendiri mendapat “perintah” dari diri kita. Kalau kita rajin, pandai,
dan ulet, maka garis tangan akan memiliki gambaran yang bagus. Begitu
pula sebaliknya. Garis tangan selalu berubah seiring perbuatan kita.
Perlu diperhatikan, bukan garis tangan yang akan mengubah perbuatan
kita, melainkan perbuatan kita yang akan mengubah garis tangan. Semakin
baik perbuatan kita, maka semakin positif hal-hal yang bisa dibaca dari
garis tangan.
Memang, banyak iklan yang mengatakan adanya suhu atau master
yang mampu mengubah garis tangan sehingga rezeki akan lancar. Biayanya
pun aduhai, mencapai jutaan rupiah. Sebaiknya jangan terprovokasi
dengan iklan demikian. Biarpun garis tangan sudah diubah menjadi
“bagus”, sementara kita sendiri bermalas-malasan, apakah bisa maju?
Ketiga
Cara selanjutnya adalah mengamati wajah (muka). Ada lima
bagian yang biasanya paling dicermati, yakni alis, mata, hidung, mulut,
dan telinga. Meskipun demikian, bagian-bagian lain tetap dianalisis,
seperti kepala, rambut, dahi, garis dahi, pipi, rahang, dagu, jen-chung atau filtrum (lekukan di antara hidung dan mulut), dan fa-ling (kerutan memanjang dari hidung melewati sudut mulut).
Praktek pembacaan wajah muncul pertama kali pada abad ke-6 SM. Dibandingkan di Barat dan India ,
seni pembacaan wajah dari Tiongkok lebih rumit. Seorang pakar harus
terlebih dulu mengklasifikasikan bentuk wajah dengan menilai warna,
ukuran, dan kecacadan tertentu pada areal wajah.
Keempat
Cara lain adalah mengamati bentuk tubuh, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Misalnya leher, tengkuk, punggung, pinggang, buah dada, pusar, rambut kelamin, alat kelamin, bokong, paha, kaki, dan jari kaki.
Seperti
halnya di dunia medis, tidak ada istilah pornografi bila kita melihat
bagian-bagian tertentu seseorang. Justru dari bagian-bagian itulah
lebih banyak tersimpan cerita tentang keberuntungan, kesehatan, dsb. Di
dunia Barat, sejak lama sudah berkembang istilah omphallomancy (ramalan
lewat pusar), mammomancy atau mastomancy (ramalan lewat buah dada),
vaginomancy (ramalan lewat alat kelamin wanita), dan phallomancy
(ramalan lewat alat kelamin pria).
Pengetahuan yang berkenaan dengan pembacaan wajah dan pembacaan tubuh disebut Fisiognomi, gabungan dari fisiologi dan anatomi.
Kelima
Berbagai
tanda lahir, seperti tahi lalat, juga banyak menginformasikan potensi
diri seseorang. Pengetahuan yang mempelajari hal ini disebut Moleoscopy atau Moleosophy.
Letak, bentuk, dan warna tahi lalat dipandang memiliki arti
masing-masing, karena hal ini juga merupakan tanda-tanda takdir manusia.
Keenam
Tulisan
dan tanda tangan juga dianggap mampu merefleksikan potensi diri
seseorang. Tulisan tangan yang sering disebut tulisan otak (brain writing), sudah dipelajari sejak berabad-abad lampau. Ilmu yang mempelajari hal ini disebut Grafologi.
Tulisan
tangan bersifat unik karena tidak ada dua tulisan tangan yang sama
persis. Kalau mirip, memang ada. Karena itu meskipun bersaudara kembar
identik, watak dan sifat masing-masing individu selalu berbeda.
Ketujuh
Meskipun tergolong agak sulit, membaca batok kepala sering dilakukan orang. Ilmunya disebut Frenologi, dikembangkan oleh Dr. Franz Joseph Gall pada 1796 di Wina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar